CNG.online: Surabaya - Kasatpol PP Surabaya: Sementara, Hanya Loper Koran yang Boleh Transaksi di Jalanan
Pemerintah Kota Surabaya tidak mentoleransi sama sekali adanya transaksi di jalanan seperti kehadiran para pengamen, pengemis, maupun penjual asongan. Namun untuk sementara, Pemkot Surabaya masih mentoleransi kehadiran para loper koran.
"Toleransi khusus untuk para loper koran, karena ada kerjasama dengan beberapa media. Para loper koran ini pun kami batasi waktunya yaitu hanya sampai pukul 5 sore. Lopernya juga tidak boleh anak-anak," kata Irvan Widianto Kasatpol PP Kota Surabaya kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (13/3/2016).
Namun Irvan mengaku peraturan ini masih ada peluang untuk direvisi. Karena untuk menghindari anggapan adanya tebang pilih Pemkot Surabaya soal adanya transaksi di jalanan.
Selama 2 tahun terakhir, kata Irvan, Pemkot Surabaya memang tidak mentoleransi sama sekali kehadiran para pengamen, pengemis, maupun penjual asongan.
Irvan mengatakan, orang-orang tersebut banyak yang berdatangan dari luar Kota Surabaya.
"Biasanya mereka banyak datang pada saat momen-momen tertentu. Datangnya juga sporadis. Biasanya saat ada konser begitu," ujar dia.
Pemkot Surabaya juga banyak melakukan pendataan saat melakukan penangkapan terhadap orang-orang tersebut.
"Kalau yang anak-anak kecil, biasanya mereka ngamen untuk tambahan uang saku. Biasanya juga buat main PS (Playstation)," ujar dia.
Pemerintah Kota Surabaya tidak mentoleransi sama sekali adanya transaksi di jalanan seperti kehadiran para pengamen, pengemis, maupun penjual asongan. Namun untuk sementara, Pemkot Surabaya masih mentoleransi kehadiran para loper koran.
"Toleransi khusus untuk para loper koran, karena ada kerjasama dengan beberapa media. Para loper koran ini pun kami batasi waktunya yaitu hanya sampai pukul 5 sore. Lopernya juga tidak boleh anak-anak," kata Irvan Widianto Kasatpol PP Kota Surabaya kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (13/3/2016).
Namun Irvan mengaku peraturan ini masih ada peluang untuk direvisi. Karena untuk menghindari anggapan adanya tebang pilih Pemkot Surabaya soal adanya transaksi di jalanan.
Selama 2 tahun terakhir, kata Irvan, Pemkot Surabaya memang tidak mentoleransi sama sekali kehadiran para pengamen, pengemis, maupun penjual asongan.
Irvan mengatakan, orang-orang tersebut banyak yang berdatangan dari luar Kota Surabaya.
"Biasanya mereka banyak datang pada saat momen-momen tertentu. Datangnya juga sporadis. Biasanya saat ada konser begitu," ujar dia.
Pemkot Surabaya juga banyak melakukan pendataan saat melakukan penangkapan terhadap orang-orang tersebut.
"Kalau yang anak-anak kecil, biasanya mereka ngamen untuk tambahan uang saku. Biasanya juga buat main PS (Playstation)," ujar dia.
No comments:
Post a Comment